“Aduuhh… Bayu n Gaby berhasil gak ya??” Indo mondar-mandir kebingungan.
“Diam bisa gak?? Gue aja yang liatin lo capek. Lo kayak orang yang nungguin istrinya ngelahirin tau gak!!” omel Vicka.
“Siapa suruh lo ngeliatin gue??” jawab Indo.
“Ya juga sih” Vicka berpikir.
“Nah trus siapa yang bego??” Tanya Indo.
“Hmm… Taufik!!!” jawab Vicka.
“Lho. Kok aku??” Taufik bengong.
“Tuh kan. Disebut bego aja gak tau alasannya kenapa. Berarti dia bego”
“hahahaha” Indo tertawa puas.
-,-“ -__________-
***
“Tolong pijit bagian belakang leher saya” ujar Bu Ida.
Gaby mengangguk.
“Eh, bu…”
“kenapa??” Bu Ida menoleh.
“Lebih enak kalo Ibu tiduran tengkurap aja di kasur” usul Gaby.
Bu Ida berpikir.
“Boleh juga. Saya terima usul kamu” jawab Bu Ida setelah berpikir beberapa saat.
Bu Ida pun mulai merubah posisinya menjadi tengkurap
“sekarang!!” Gaby memberi isyarat dengan bisikan.
Bayu melangkah dengan sangat pelan-pelan. Pelan-pelan saja. (kayaknya dia kerabat kotak)
Bayu perlahan mengambil foto yang terpajang di meja.
“Kayaknya saya mau ke wc dulu” Bu Ida tiba-tiba bangkit.
“Eh, jangan bu” cegah Gaby. Gaby menahan badan Bu Ida
Bayu terkejut.
“Kenapa??” Bu Ida terkejut.
“Ah, kalo dipijat ntar gak akan pipis kok, bu”
“Hah??? Berarti nanti saya kena kencing batu dong??” Bu Ida Nampak terkejut.
“eh, bukan gitu maksudnya” Gaby Nampak sangat bingung. Pake alasan apa lagi ya??
“Eh. Maksudnya Ibu nanti akan merasa nyaman”
“Oh, ya udah deh” Bu Ida pun kembali rileks.
“Baguslah” ujar Bayu. Dengan volume yang sangat keras. Dan Bayu menyadari kebodohannya.
“Siapa itu??” Bu Ida menoleh.
***
Pagi ini Nurina sudah bangun lebih cepat daripada yang lainnya.
Nurina pun segera menuju dapur. Ia menyiapkan makanan.
“Hmm… hari ini masak apaan ya??” Nurina bertanya-tanya dalam hatinya sendiri.
Ia segera membuka kulkas. Dan ia melihat sangat banyak makanan yang tersedia.
Nurina pun mengambil beberapa bumbu-bumbu dan segera meraciknya.
***
Bu Ida berjalan melewati perkebunan teh yang luas. Suasana Nampak sangat asri dan sejuk.
Terlihat ada beberapa orang berbaju putih yang melintas di sana. Bu Ida terkejut. Ia Nampak sangat tak paham.
“Siapa mereka??” Tanya Bu Ida. Namun tak ada yang menjawab pertanyaannya itu. Hanya hembusan angin yang menemaninya.
“Nenekkk!!!!” tiba-tiba terdengar ada suara yang memanggil Bu Ida. Bu Ida pun menoleh terkejut.
Bu Ida melihat seorang anak perempuan berambut sedikit ikal bergaun putih sedang tersenyum kepadanya dan memanggilnya ‘Nenek’.
“Rasya!!!” Bu Ida Nampak sangat senang melihat anak perempuan itu.
Anak perempuan bernama Rasya itu pun berlari ke arah Bu Ida. Hendak memeluknya. Bu Ida menerima dengan senang hati.
“Rasya kangen banget sama Nenek!!” ujar Rasya.
“Nenek juga kangen” jawab Bu Ida
Mereka berpelukan hangat. Namun, lama-lama Rasya melepas pelukannya.
“Tapi Rasya gak bisa lama-lama sama Nenek” ujar Rasya, sedih.
“Kenapa??”
“Kita beda dunia, nek. Rasya akan selalu nunggu Nenek disana”
“Tapi…”
“nenek tetap senyum ya!! Rasya sayang sama Nenek”
Rasya pun perlahan pergi.
“Rasyaaaaaaaaaaaaaa” Bu Ida berteriak.
***
Nurina sedang memotong-motong bawang. Ia sedang membuat bahan pelengkap untuk nasi goreng.
“Heii!!” tiba-tiba ada yang menyapanya.
“Indo?? Udah bangun kamu??” Tanya Nurina.
“Ah, aku lagi tidur. Sambil jalan” canda Indo.
“Haha. Kamu tuuh”
Indo memperhatikan wajah Nurina. Ia merasa ada yang aneh.
“Na, kamu pucat banget”
“Masa??” Nurina tak percaya.
Tiba-tiba Nurina merasa kepalanya berat. Dan ada sesuatu yang basah di hidungnya. Mengalir.
Nurina mencoleknya. Cairan itu bukan ingus. Cairan itu berwarna merah kental. Nurina semakin tumbang. Dan tubuhnya jatuh.
“Inaaa!!” Indo memeluk Nurina. Menahan badannya.
***
,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar