,
0

The Killer Child part 16


TOK-TOK!!!
Ada seseorang yang mengetuk kamar anak perempuan.
“Ya, sebentar” Gaby berjalan membuka pintu. Dan ia melihat ada dua orang yang sudah sangat dikenalnya.
“Ya Allah, Indo!! Nurina kenapa??” Gaby melihat Indo sedang menggendong tubuh Nurina.
“Tadi Nurina mimisan. Terus dia pingsan Gab”
“Ayo bawa masuk!!” ujar Gaby
Indo mengangguk.
Indo pun masuk sambil menggendong Nurina.
***
PRANGG!!!
“Aw” Indi mengaduh. Tangannya terkena pecahan gelas.
“Kenapa ndi??” Tanya Ibunya, khawatir.
“Gak tau bu. Perasaan Indi gak enak”
“Udah, biar Ibu yang beresin belingnya. Kamu cepet obtain tangan kamu”
Indi mengangguk. Indi pun pergi.
“Ina, kakak kangen sama kamu”
***
“Kenapa bisa kayak gini ndo??” Tanya Vicka.
“Aku gak tau, vick. Tadi Nurina tiba-tiba mimisan terus pingsan”
“Kok bisa??” Maudy pun Nampak terkejut.
“Kejadiannya tiba-tiba, dy”
Vicka terdiam. Ia memperhatikan Indo.
“Kamu udah mandi belom??” Tanya Vicka.
“Belum” Indo menggeleng.
“Jangan-jangan karena badan kamu bau, Ina sampe gak kuat. Idungnya aja berdarah kan” celetuk Vicka.
“masa sih??” Indo Nampak merasa bersalah namun juga tidak terlalu percaya.
“Ah, ngawur kamu, vick” Tiara Nampak tidak percaya.
“Hehehe… analisis”
“Vick, ambilin minyak angin” perintah Gaby.
Vicka mengangguk. Dengan gerakan cepat, Vicka pun sudah kembali dengan membawa sebotol minyak angin.
“biar aku aja yang pijitin dia. Semoga dia Cuma masuk angin” kata Gaby.
“Kalo masuk angin doang kenapa mimisan??” Tanya Maudy.
Gaby terdiam. Ia pun tak bisa menjawab pertanyaan itu.
***
Bayu hendak pergi ke kamar mandi. Namun, Ia bertemu Bu Ida.
“Ngapain tuh Bu Ida??” Bayu Nampak bingung. Ia melihat Bu Ida sedang menangis tersedu-sedu sambil memegang foto Rasya.
“Rasya, maafkan Nenek. Nenek gak bisa jagain kamu” kata-kata it uterus mengalir dari mulut Bu Ida.
“Kenapa Bu Ida nangis lagi??” Tanya Bayu lagi. Namun Bayu tak berani untuk bertanya langsung pada Bu Ida atas apa yang Bu Ida rasakan sekakarang.
Perlahan, Bu Ida berjalan ke ruang depan. Karena penasaran, Bayu pun mengikutinya pelan-pelan.
***
“Aku dimana??” Nurina mulai membuka matanya.
“Alhamdulilah, kamu sadar na” Indo terlihat sangat senang melihat kondisi Nurina yang sudah sangat membaik.
“Indo, kenapa aku ada di kamar??” Tanya Nurina. Nurina hendak bangun dari tempat tidurnya. Namun, Indo mencegahnya.
“Sst… kamu diam dulu na. tadi kamu pingsan. Kondisi kamu belum sepenuhnya baik” cegah Indo.
“Tapi…”
“Udah, makanan udah siap kok. Kamu tinggal makan aja” kata Indo.
“Makasih ya. Tapi siapa yang bawa aku kesini tadi??” Tanya Nurina.
“Ekhem… Indo tuh yang gendong kamu” goda Maudy.
Wajah Indo Nampak terlihat malu-malu.
“Hah?? Ya ampun, aku ngerepotin ya do?? Badan aku kan berat”
“Buat Indo, kamu mungkin kayak kapas, na. karena cinta” Maudy kembali menjawab.
“Kamu jadi juru bicara Indo ya, mod??” Tanya Nurina.
“Hehe… nggak” jawab Maudy lagi.
“Nih anak emang ngacooo…”
“Makanan siap” Tiara membawa sepiring makanan.
“Ti, itu bukan makanan” ujar Indo.
Tiara memandang apa yang dibawanya.
“Eh, maaf. Ini bahan mentahnya” Tiara tersenyum malu. Ia pun kembali ke dapur.
Nurina tersenyum.
“Dasar tuh anak”
Indo melihat Nurina sedang tersenyum.
“Aku senang liat kamu senyum, na. kamu harus selamanya tersenyum” gumam Indo pelan.
“Ndo, kamu udah sarapan belum?? sarapan bareng yuk” ajak Nurina. Indo hanya mengangguk tanpa berkata sepatah kata pun.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...