Perlahan, Bu Ida mulai terbangun dari pingsannya.
“Aduuh… dimana aku??” tanyanya.
Bu Ida melihat ke sekeliling. Ia terkejut.
“Aduuhh!!! Wallpaper kamarnya ganti dong!! Masa sih gambarnya perempuan jepang??” Bu Ida terkejut melihat wallpaper kamarnya.
“Bu?? Ibu udah sadar??” master berlari dengan cepat menghampiri Bu Ida.
“Ibu tadi kenapa makan kaleng??” Tanya Vicka, sembrono.
Bu Ida berpikir.
“Tadi ketika saya sedang menguap, tiba-tiba ada kaleng yang melayang ke mulut saya. Setelah itu, saya tidak tau apa yang terjadi” cerita Bu Ida.
“Ibu pingsan. Untung tadi kami bisa ngangkatnya” kata Vicka.
***
Nurina dan Gaby memasuki ruang dokter spesialis penyakit parah.
“Maaf, apa benar ini dokter spesialis penyakit parah?” Tanya Nurina.
“Benar. Silakan duduk” jawab dokter.
Gaby dan Nurina pun duduk.
“Perkenalkan. Nama saya dokter Susanto Hadiprayitno. Sering dipanggil dokter Susanto. Siang saya dikenal sebagai Susanto, malam saya dikenal sebagai Susie, yang selalu mangkal di perempatan. Ada yang bisa saya bantu??”
Nurina dan Gaby saling pandang.
“dokternya banci, na” gumam Gaby pelan. Gaby Nampak ngeri.
“jangan khawatir. Selama pemeriksaan, saya dibantu suster, tukang salon, tukang cuci dan tukang jahit. Hehe… becanda seus. Saya dibantu suster” terang dokter Susan (enaknya dipanggil apa ya??)
“Kayaknya gak apa-apa gab. Aku Cuma pengen tau penyakit apa yang aku derita sekarang” ujar Nurina, yakin.
“Ya udah. Good luck, na” Gaby menyemangati.
***
Indo berjalan keluar. Ia tersenyum. Ia bertanya pada Pak Jimbul, salahsatu pembantu master.
“Pak, gimana penampilan saya?? Keren kan ??” Tanya Indo.
“Kamu ngehina saya ya??” jawab Pak Jimbul, ketus.
Taufik berjalan melewati tempat itu. Ia melihat Indo dan Pak Jimbul.
“Ngapain nih??” Tanya Taufik.
Indo pun bercerita pada Taufik.
“beuuu”
“Kenapa fik??”
“Ya jelaslah dia tersinggung. Orang Pak Jimbul gak bisa ngeliat”
“hah??” Indo menoleh. Ia menatap pak Jimbul
“Pantesan”
***
Maudy masih terdiam. Ia masih tak percaya Afey baru saja menembaknya.
“Maudy??” Afey memastikan keadaan Maudy.
“Aku minta waktu buat jawab, fey” pinta Maudy.
“Ya udah. Kapan aja kamu siap. Aku tunggu maudy”
Afey pun pergi.
***
“Pemeriksaannya udah kan dok??” Tanya Gaby.
Nurina dan suster pun datang.
“Udah kok. Kamu tenang aja” jawab dokter.
“Makasih ya dok” Gaby tersenyum.
“Kapan hasilnya bisa diambil, dok??” Tanya Nurina.
“besok atau dua hari lagi. Nanti saya akan telepon kalian” terang dokter.
“Makasih banget ya dok”
“eitt… bayar dulu administrasinya”
“oh ya!!” Nurina menepuk jidat.
“jangan khawatir, dok” ujar Gaby.
Nurina pun berjabat tangan dengan dokter.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAA” tiba-tiba dokter menjerit.
“kenapa dok??” suster, Nurina dan Gaby bingung.
“panas-panas!!” dokter segera melepas pegangan tangannya.
Gaby tersadar. Ia berbisik pada Nurina.
“kayaknya api di tangan kamu aktif lagi, na”
Nurina tersadar.
***
Bayu sedang membaca buku di ruang tengah.
“Bayu!!!!!!!!” tiba-tiba Maudy datang.
“ada apa mod??” Tanya Bayu.
“aku mau cerita”
“Cerita apa??”
“Afey nembak aku tadi!!!”
“hah??” Bayu membolak-balikkan badan Maudy.
“Ngapain bay??” Tanya Maudy.
“kok gak ada bekasnya sih??”
“Ya Allah. Bukan ditembak itu, bay”
“maksudnya, Afey suka sama kamu??” Tanya Bayu
“ya”
“oooohhh. Terus kamu jawab apa??”
“aku belum jawab, bay”
“kamu mau jawab apa??” Tanya Bayu lagi.
“aku bingung bay, mau jawab apa” jawab Maudy.
Maudy masih terdiam. Ia bingung.
***
Nurina dan Gaby pulang dari rumah sakit. Lepas semua rasa takut dan bingung mereka terhadap dokter aneh itu.
“aku sakit apa ya gab??” Tanya Nurina.
“kamu tenang aja, na. aku yakin penyakitnya ringan” jawab Gaby, menyemangati.
“semoga” harap Nurina.
Nurina dan Gaby sampai di depan gerbang rumah master Rahadian.
Gaby pun membuka gerbang.
Tiba-tiba seseorang datang.
“Hai!! Kalian dari mana??” Tanya Indo yang tiba-tiba muncul.
“nnnggg, kita dari mall sebentar” Nurina mencari alasan.
“beli apa??” Tanya Indo, berpura-pura tidak tahu.
“gak ada yang dibeli. Gak ada yang bagus” Gaby membantu Nurina.
Nurina terdiam. Ia mencium aroma tubuh Indo.
“fiuhh… badan kamu wangi banget do” Nurina sedikit menutup hidung.
“ah masa??” Indo mulai GR.
“tapi terlalu wangi” Gaby menimpali.
“gak enak ya??” Indo Nampak kecewa.
“haha. Udah ah. Aku suka kok” Nurina tersenyum.
“Yang bener??”
“ya, bener. Udah ah, kita masuk” ajak Nurina.
Indo mengangguk.
Mereka pun bergegas ke dalam.
Nurina dan Gaby di depan. Sementara Indo menyusul di belakang
***
Adit, Vicka dan Tiara berjalan keluar dari ruangan Bu Ida.
“semoga kondisi Bu Ida makin baik ya” harap Adit.
“aminnn” Vicka dan Tiara menimpali.
Taufik melintas di dekat situ.
“emang Bu Ida kenapa??” Tanya Taufik.
“Bu Ida tadi pingsan, fik” jawab Tiara.
“Apa??!!!”
“gak usah lebai” ujar Adit.
“itu gak lebai, dit. Gaya standarnya emang gitu” jawab Vicka.
“gitu ya? Aku baru tau”
“beuu”
Indo, Nurina, Gaby dan Bayu juga melintas di sana.
“ada yang liat Maudy??” Tanya Vicka.
“aku n Ina baru datang” jawab Gaby.
“aku gak tau” jawab Indo.
“Maudy lagi di kamar. Dia lagi pengen sendiri” terang Bayu.
“hah?? Kenapa?” Tiara bingung.
“dia…”
“cepet bilang, bay”
“dia di tembak sama Afey”
“hah?? Sumpeh lo??”
“Tanya aja sama Maudy nya”
“gimana sih? Katanya jangan di ganggu” protes Taufik.
“itu perumpamaan” jawab Bayu dengan sebal.
“kirain”
“kasian Maudy” gumam Gaby.
“tapi kita harus kasih dia waktu buat sendiri”
***
Nurina duduk di halaman sendirian. Pikirannya gelisah. Menunggu hasil tes laboraturiumnya keluar.
“hei, jangan ngelamun mulu dong” Indo tiba-tiba datang.
“eh, gak kok. Aku gak ngelamun” Nurina berkilah.
“ya udah. Sekarang mending kita foto-foto” ajak Indo.
“ih. Narsis amat” Nurina tersenyum.
“dari pada ngelamun” Indo membela diri.
“ya udah deh. Ayo aja” Nurina akhirnya mau.
0 komentar:
Posting Komentar