,
0

The Killer Child part 4


Getha mondar-mandir kesana kemari. Ia menunggu adiknya, Bayu.
“Aduuh, Bayu kemana ya??”
Ibunya menghampiri Getha.
Ada apa, Getha??” Tanya Ibunya
“Bayu belum pulang, bu”
“Mungkin aja dia kerja kelompok, get”
“Semoga..” harap Getha
***
Ismi kembali menatap keluar jendela. Ia mengkhawatirkan adiknya, Maudy. Sampai langit sudah semakin gelap, Maudy belum juga pulang. Dan tadi ia melarang Maudy pulang sebelum menemukan novelnya. Bagaimana jika novelnya tidak ditemukan?? Apa Maudy benar-benar tidak akan pulang??
Ismi benar-benar berada di puncak kekhawatirannya

                                      ***
“Nadine, apa Gaby sudah pulang??” Tanya Neneknya.
“Belum nek. Mungkin dari sekolah, dia langsung les balet” jawab Nadine.
“Ya sudah. Nenek mau tidur dulu, ya”
“Siip. Biar Nadine yang jaga rumah, nek”
                                     ***
“Nama aku Nurina. Aku orang yang hidup serba kekurangan.aku beruntung bisa masuk sekolah ini karena aku dapat beasiswa” cerita Nurina.
“Kamu beruntung, na!!” ujar Tiara sambil memegang pundak Nurina.
“Kenapa??” Nurina bingung
“Aku, yang hidup serba mewah pun gak hidup bahagia. Orang tua aku selalu bertengkar setiap hari” cerita Tiara.
“Tiara bener, na” sahut Indo. Nurina menatap Indo. Indo tersenyum.
“Aku, gak pernah dibolehin bergaul sama orang lain, kecuali orang kaya”
“Lho, kok gitu??” Nurina terlihat tidak setuju.
“Ya, aku gak tau. Orang tua aku terlalu mikirin harta” jawab Indo.
“Kalian semua beruntung punya orang tua yang sayang sama kalian. Sementara aku, aku udah kehilangan orang tua aku. Mereka udah meninggal. Cuma Kakek, Nenek, dan Kakak aku yang aku punya” cerita Gaby.
“Kalo aku, Kakak aku sendiri pun kayaknya benci sama aku” cerita Maudy.
“Aku sama Vicka punya hal yang sama. Impian kami gak di dukung orang tua” cerita Taufik. Vicka mengangguk.
“Aku gak pernah bersosialisasi sama teman sekitar komplek aku. Temen aku Cuma kakak aku” sahut Bayu.
“Aku jadi sedih denger cerita kalian” ujar Adit.
“Sekarang bukan waktunya kita bersedih!! Kita harus bisa nyusun strategi buat keluar!!” ujar Indo.
“Ayooo!!!” jawab yang lain.
***
“Ayah, Ayah kayaknya terlalu keras deh, ngomelin Nurina” ujar Indi, pada Ayahnya.
“Mungkin kamu benar, ndi” sesal Ayahnya.
“Kamu sudah telepon semua teman-teman Nurina, ndi??” Tanya Ibunya.
“Belum, bu. Indi telepon dulu ya”
Ibu dan Ayahnya mengangguk.
***
Rumah Tiara:
“Tiara belum pulang. Ibu udah nyari informasi kan??” Tanya Ayah Tiara.
“Lho?? Kok Ibu. Ibu kan lagi sibuk meeting kan
“Pasti Tiara kesal karena pagi Ibu gak masak”
“Lho, bukannya karena Ayah yang selalu ngomel. Jadi Tiara gak betah??!!” bantah Ibu.
Mereka berdua terdiam.
***
Ismi, Nadine, dan Getha sama-sama berjalan menuju sekolah. Mereka ingin mencari tau dimana keberadaan adik-adik mereka.
Nadine bahkan memanggil kepala sekolah, wali kelas, dan penjaga sekolah adiknya.
Malam itu pun, sekolah ramai. Para orang tua Gaby, Nurina, Bayu, Adit, Tiara, Indo, Vicka, Taufik, dan Maudy berkumpul.
Namun nampaknya hanya Nurul yang bersorak-sorak.
***
Seseorang berjubah hitam melangkah dengan pasti (yang tepat, melangkah dengan kaki). Wajahnya dingin (masuk angin kayaknya), dan seluruh tubuhnya pucat (anemia kali), seolah tidak ada darah yang mengalir di tubuhnya (di abisin nyamuk kalii).
Tidak ada sedikit pun senyum tersungging di bibirnya (mungkin sakit gigi atau sariawan). Dan kini ia sampai di depan sebuah pintu. Ia merogoh sakunya.
Mencari dompet?? Bukan!!!
Mencari hp?? Trendi amat!!
Mencari Big Bang?? Sono ke korea!!!
Mencari cinta?? Ke Mak comblang aja!!
Yang benar, ia mencari kunci untuk membuka pintu itu.
Dan, kunci pun sudah ditemukan.
Dia segera memasukkan kunci ke lubangnya, dan segera membukanya.

“Kayaknya ada yang datang” Vicka memperingatkan kepada yang lainnya. Teman-temannya mengangguk.
Pintu terkuak. Sang penculik pun masuk.
“Halo!! Mainan-mainan kecilku!!” sapa sang penculik.
“Mau apa kamu??” Tanya Indo.
“Aku membawa makanan untuk kalian. Silakan bagi dengan adil” Penculik itu melemparkan plastic berisi makanan.
Om, gak elit amat sih. Di kresek. Pake stereofoarm kek!!” Protes Tiara.
“Tau nih. Aku yakin si om pake jubah karena malu punya pala botak” sindir Vicka.
“Enak aja!!” omel sang penculik.
Penculik itu pun keluar lagi dari tempat itu
***
“Pak, adik saya belum pulang. Bapak cari dong!!” pinta Nadine pada polisi.
“Maaf dik. Kami baru bisa mencari setelah laporan hilang 1x24 jam” jawab Polisi.
“Pak, Bapak harus professional dong!!” Nadine Nampak kesal karena permintaannya tidak di gubris polisi.
***
“Apaan ini?? kok Cuma ikan asin!!” Tiara kembali mengomel. Mereka di beri 1 potong ikan asin oleh sang penculik.
“Dasar penculik kampung!! Pizza kek. Burger kek. Moccacino kek” sahut Vicka.
“mending kalo 9 ikan asinnya. Ini Cuma 1!!” Nurina pun tampak kesal.
Gaby terdiam.
“Kalo aku boleh meminta, aku pengen banget jadi penyihir yang bisa ngalahin penculik-penculik itu!!” pinta Gaby.
Tiba-tiba..
BRAAAKK!!! Ada seseorang yang menjebol dinding.
Mereka semua terkejut.
***

Gaby, Nurina, Bayu, Indo, Taufik, Adit, Tiara, Maudy dan Vicka ternganga melihat seseorang menjebol dinding tempat mereka di sekap.
“Siapa kamu??” Tanya Nurina, mewakili yang lainnya.
“Anak-anak, tenang. Saya disini akan menyelamatkan kalian. Tapi saya juga butuh bantuan kalian!!” pinta orang itu.
“Bantuan apa??” Tanya Adit.
“Yang penting sekarang kalian keluar dulu!!”
Mereka pun mengangguk. Mereka segera berlari keluar dari dinding yang sudah di jebol itu.
***
“Kepada seluruh orang tua siswa yang kehilangan putra dan putrinya, Saya selaku kepala sekolah meminta maaf karena putra putri Ibu dan Bapak sekalian hilang di lingkungan sekolah. Dan itu sudah tanggung jawab kami” ujar Kepala sekolah, panjang lebar tinggi dan besar.
“Kami??” Penjaga sekolah Nampak protes.
“Ya jelas!! Kamu juga bertanggung jawab atas hilangnya mereka!!” Kepala sekolah Nampak sedikit emosi.
“Ya udah deh. Pasrah aja”

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...