,
0

The Killer Child part 32


Indo terdiam. Ia meletakkan buku itu di sampingnya.
Indo sangat sedih membaca buku harian Nurina itu.
Gaby yang duduk di sebelah Indo pun menangis.
Gaby sangat sedih jika membayangkan Nurina harus pergi meninggalkannya. Nurina adalah sahabat terdekatnya kini.
“hei, kalian kenapa??” Tanya Taufik.
Indo terdiam karena sedih. Sementara Gaby masih saja menitikkan air mata.
“ada yang punya tisu??” Tanya Vicka.
Tiara mengeluarkan sekotak besar tisu.
“lo dapat dari mana ti??” Tanya Maudy heran.
“gue bawa dari rumah master”
“dasar maling”
Vicka mengambil selembar tisu dan menyeka air mata Gaby.
“udah, Gaby sayang!! Jangan nangis dong. Nanti gue juga ikut nangis” pinta Vicka.
Setelah mata Gaby di lap menggunakan tisu, tisu pun di berikan pada Tiara.
“buang sono!!” perintah Maudy.
Tiara memperhatikan tisu. Ia terkejut. Ia berbisik pada Maudy.
“iih.. gak nyangka. Si Gaby banyak beleknya juga” Tiara jijik melihat kotoran mata yang terdapat pada tisu itu.
“udah lah, buang aja” perintah Maudy yang sebenarnya juga merasa jijik.
Tiara pun segera membuang tisu itu.
Indo adalah yang tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempat itu. Bahkan sedetik pun ia tidak kemana-mana.
Gaby dan Vicka pernah ke toilet. Maudy, Tiara, dan Taufik pun sempat meninggalkan tempat itu. Namun tidak dengan Indo.
Vicka berbisik pada Maudy.
“eh, kayaknya Indo emang cinta mentok sama Nurina ya?!” bisik Vicka.
“hah?? Mėntok?? Emangnya Indo unggas??” Maudy terkejut.
“bukan Mėntok neng. Tapi mentok” Vicka membetulkan.
“kalian ngomongin apaan sih??” Tanya Tiara.
“gak usah di bahas” pinta Vicka.
Tiara manyun.
Bayu dan Adit datang.
“hei, maaf ya lama. Soalnya penuh sih” Adit meminta maaf.
“gak terlalu penuh sih. Aditnya aja makannya nambah disana” Bayu membeberkan rahasianya.
“sst… jaga rahasia dong” Adit menyikut.
“yeeh” Bayu terlihat kesal.
“hei, kalian bisa serius gak sih??” Gaby membentak mereka. Wajahnya terlihat kesal.
“Nurina itu lagi sakit. Apa kalian masih tega??”
“maaf” Bayu dan Adit terdiam. Tiara, Maudy dan Vicka pun ikut terdiam.
“sekarang kita harus berdoa demi Nurina. Dan aku, sebagai pacar Nurina, memohon banget… kalian doain Nurina” Indo mulai berucap.
Yang lain mengangguk. Mereka pun mulai berdoa.
***
Tempat ini begitu putih. Bersih… laksana langit tanpa awan. Tempat ini mirip dengan kutub. Namun tidak dingin.
Terlihat ada sebuah jembatan panjang yang membentang.
Seorang gadis berjalan sambil mengenakan gaun.
“dimana ini??” tanyanya. Gadis itu adalah Nurina.
Nurina menyusuri tempat yang entah apa namanya.
Nurina mengenakan gaun panjang yang juga berwarna putih dan  indah.
Ia melihat ada jembatan yang panjang.
Perlahan, Nurina melangkah mendekati jembatan itu. Ia melangkah maju meski pun sedikit ragu.
“Nurina!!” terdengar seseorang memanggilnya dari belakang.
Nurina menoleh. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat dikenalnya.
“Indo??” Nurina menatap laki-laki itu.
“Nurina, kamu harus kuat. Kamu gak boleh tinggalin aku” pinta Indo.
“do, aku udah gak kuat… tapi aku berterima kasih. Kamu udah ngasih cinta yang paling indah buat aku… tapi aku harus pergi” ujar Nurina dengan wajahnya yang penuh kesedihan.
“Nurina… tolong jangan tinggalin aku” pinta Indo
“aku mohon…” Indo sangat memohon.
Namun Nurina masih berjalan maju. Meninggalkan Indo.
Nurina berjalan melewati jembatan ke arah seberang.
“Nurinaaaa…” Indo berteriak.
***
“Nurinaa!!!” Indo berteriak. Ia terbangun dari mimpinya.
“do… kamu kenapa??” Tanya Bayu dan Tiara. Yang lain pun terkejut.
“Nurina?? Gimana Nurina??” Tanya Indo panik.
“do, Nurina masih di dalam. Tadi kamu ketiduran” jawab Tiara, mewakili yang lain.
“udah, sekarang kamu minum dulu” Vicka mengambilkan sebotol air mineral.
Bayu pun meminumkannya pada  Indo.
“rileks. Baca doa. Tarik nafas” ujar Bayu. Indo pun menurut.
Perlahan, Indo membaca doa dan menarik nafas.
“sekarang cerita. Ada apa??”
“aku tadi mimpi. Mimpi buruk. Aku ketemu Nurina di depan jembatan. Nurina pake pakaian serba putih. Terus dia pergi” cerita Indo.
Bayu terkejut. Ia memandang Gaby.
“gab, belekan tuh” celetuk Bayu.
“hei, yang serius dong” Adit menjitak kepala Bayu.
“oh ya. Maaf”
Vicka dan Maudy saling pandang.
“pakaian putih..??” Vicka mulai berpikir.
“jangan-jangan…” Maudy menyambung.
“jangan-jangan apa??” Indo terlihat mulai panik.
“jangan-jangan bajunya pake pemutih” jawab Maudy dan Vicka serempak.
Indo terdiam.
Vicka berbisik pada Gaby.
“aku gak tega bilang sama Indo, gab” ujar Vicka, cemas.
“ya udah. Lebih baik kamu jangan bilang tentang firasat kamu itu, vick” saran Gaby.
 Vicka mengangguk
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Dokter keluar.
Mengetahui hal itu, Indo pun segera menghampiri dokter.
“dok, gimana keadaan Nurina??” Tanya Indo.
“Nurina tidak apa-apa. Dia hanya mengalami demam tinggi. Mungkin karena shock. Tapi sekarang kondisinya sudah lebih baik” jawab dokter.
“alhamdulilah” mereka semua bersyukur.
“tapi kenapa Nurina shock??” Indo bingung.
“mungkin karena dia menghadapi penyakit parah ini , do” jawab Gaby.
Indo mengangguk.
“terus, apa dia udah bisa ditemui dok??” Indo kembali bertanya.
“dia sedang istirahat. Jika kalian mau bertemu bisa. Tapi usahakan jangan mengganggu tidurnya” jawab dokter.
“terimakasih dok” jawab Indo. Wajahnya terlihat ceria meski belum sepenuhnya.
“saya permisi” pamit dokter.
“alhamduliah” Gaby kembali bersyukur.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...