,
0

The Killer Child part 30


Pagi ini adalah pagi yang cerah. Pagi yang menyenangkan bagi semua orang. Terutama bagi Indo dan Nurina. Namun tidak dengan Tiara.
“AAAAAAAAAAAAAAAAA” terdengar teriakan yang merusak pagi yang indah itu.
Semua orang terkejut.
“ada apa sih??” Tanya Tiara.
“gak tau” jawab Maudy.
Mereka pun berlari menuju asal suara.
Suara itu berasal dari toilet.
“ada apa sih, vick??” Tanya Gaby.
Mereka melihat ada Vicka yang sedang berteriak di toilet.
“kenapa ada jerawat??!!” Vicka masih terus menggerutu.
“jerawat??” Gaby, Maudy dan Tiara saling pandang.
“jadi Cuma gara-gara jerawat??” Tanya Maudy pada Vicka.
Vicka mengangguk.
“gue kirain apaan” Tiara kecewa.
Mereka pun pergi meninggalkan Vicka sendiri.
-,-“
***
Indo terduduk di bangku di samping Nurina.
Indo tertidur disana. Kepalanya bersandar di samping Nurina.
Nurina terbangun. Ia menyadari bahwa Indo sudah tertidur disampingnya.
“Indo, kasian kamu. Kamu capek ya, nungguin aku semalaman” Nurina mengusap-usap kepala Indo.
Namun Indo masih terdiam. Ia sepertinya tak merasa bahwa Nurina menyentuhnya. Namun Indo tersenyum.
Nurina terkejut.
“kamu mimpi apa sih do??” Tanya Nurina lagi.
Perlahan, Nurina menggeserkan kepala Indo. Lalu perlahan, Nurina berusaha bangun dari tempat tidur.
Indo merasakan bahwa Nurina bergerak. Lalu, Indo pun terbangun.
“na?? kamu mau kemana??” Tanya Indo.
“aku mau keluar do. Aku gak betah di dalam terus” jawab Nurina.
“eh, kamu bandel ya!! Kalo kamu mau keluar, bilang sama aku dong” ujar Indo sambil tersenyum.
“abis kamu…”
“kamu gak tega liat aku ketiduran??”
Nurina mengangguk.
“Ina, ingat kan. Sekarang kamu itu pacar aku. Kalo kamu butuh sesuatu bilang aja”
“kamu gak marah aku kayak tadi do??” Nurina sedikit bingung.
“ya nggak lah. Ngapain aku marah sama kamu?? Ya udah. Kalo kamu mau keluar, ayo! Aku antar kamu” ajak Indo.
Nurina mengangguk.
Perlahan, Indo pun membantu Nurina untuk bangun.
***
Tiara dan Gaby berjalan menyusuri koridor.
“gab, kamu udah tau belum, apa udah ada yang mau donor cangkok sumsum tulang belakang buat Ina??” Tanya Tiara.
“aku belum tau, ti. Semoga aja ada donor yang cocok” harap Gaby.
“btw, Nurina sekarang kemana??” Tanya Tiara lagi.
“paling-paling dia di kamar atau jalan-jalan sama Indo”
“aku harap Nurina bisa bahagia. Dan aku harap Indo adalah pacar yang bisa bikin dia tersenyum. Sebelum dia…” Tiara sangat berat mengucapkan kata itu.
“sst.. udah, ti. Kamu gak perlu ngelanjutin. Aku tau maksud kamu” cegah Gaby.
“aku gak tega, gab” gumam Tiara.
***
Nurina dan Indo berjalan di kebun bunga belakang.
“Ina, kamu yakin gak mau pake kursi roda??” Indo khawatir.
“gak do. Aku yakin aku kuat” jawab Nurina.
“aku yakin kamu bisa. Dan sebagai pacar kamu, aku akan selalu dukung kamu, na” dukung Indo.
“haha. Makasih ya, cumi!!” ucap Nurina, sedikit bergurau.
“kok cumi sih?? Emang ada cumi yang genteng kayak aku??” Indo mulai berkata yang aneh.
“biarin ah.. gak mau di panggil cumi? Ya udah, mending kita putus aja” Nurina mulai menakuti Indo.
“eeh.. jangan!! Ya deh. Gak apa-apa deh di panggil cumi. Asal yang manggilnya cewek cantik”
“hahaha.. ya iyalah do. Aku kan cewek. Masa sih ganteng?? Kalo yang ganteng itu kamu”
“tuh kan.. kamu juga bilang aku ganteng”
“yey. Jangan geer. Aku bilang ganteng karena kamu cowok”
“ya deh. Terserah kamu aja”
Nurina tersenyum.
“aku pengen kamu bahagia, na. selamanya..” gumam Indo.
***
Taufik dan Bayu sedang duduk di kamar sambil mendengarkan musik.
Tiba-tiba seseorang mengetuk kamar mereka.
TOK-TOK!!
“Siapa itu??” Tanya Taufik.
“Saya master”
“oh. Tunggu master” Bayu dan Taufik segera membuka pintu.
“ada apa master??” Tanya Bayu.
“bisa kita bicara??” Tanya master.
Bayu dan Taufik saling pandang.
“Bisa master”
“kalo begitu, ayo kita ke ruangan saya” ajak master.
Taufik dan Bayu pun mengangguk.
Mereka berdua bergegas mengikuti master
***
Nurina memandangi kebun yang begitu luas dari sebuah bangku. Indo duduk di sebelahnya.
Seekor burung terlihat terbang melewati pepohonan. Lalu berdiam ke sarangnya di salah satu pohon.
“Aku kangen sama Kak Indi dan keluarga yang lain, do” Nurina mulai berucap.
Indo menoleh. Memandang Nurina.
“Kamu kangen sama keluarga kamu??” Indo bertanya. Memastikan apa yang baru saja ia dengar.
“Aku pengen ketemu mereka… sebelum aku pergi, do” ujar Nurina sambil memandang kosong.
“sst!! Kamu gak boleh bilang gitu. Aku yakin kamu itu gak akan pergi secepat itu” Indo menggenggam tangan Nurina.
“Indo.. apa kamu akan ninggalin aku??” Tanya Nurina.
“gak lah, na. kita kan baru pacaran. Dan aku akan selalu nemenin kamu. Sakit atau gak. Dan aku yakin kamu akan sembuh” jawab Indo.
Nurina tersenyum. Ia pun perlahan bersandar di bahu Indo.
Indo pun tersenyum. Ia begitu senang menerima sandaran dari Nurina.
Nurina terpejam. Mungkin karena terlalu nyaman bersandar di bahu Indo yang hangat.
“Ina, masih mau disini??” Tanya Indo.
Namun Nurina tak menjawab. Nurina masih terpejam sambil tersenyum.
“Ina??” Indo menyentuh bahu Nurina.
Namun Nurina masih saja terdiam.
“Ina?? Kamu jangan bikin aku panik!! Ina!!” Indo semakin panik. Kini ia menggoyangkan tubuh Nurina. Namun Nurina masih terdiam.
Indo segera mengambil hp di saku nya. Ia menghubungi seseorang.
“halo.. gab, sekarang kamu datang ke kebun. Aku perlu bantuan” Indo menelepon dengan panik.
“Ina, kamu kenapa??”
***
Bayu dan Taufik duduk bersebelahan sambil menghadap master yang juga sedang duduk.
“ada apa master??” Tanya Bayu, memulai pembicaraan antara tiga orang beda usia ini.
“sebelumnya saya minta maaf jika saya meminta kalian tinggal disini. Mungkin kalian merasa saya memisahkan kalian dengan keluarga kalian.. tapi”
“master, kami gak merasa kepaksa kok. Kami justru berterima kasih karena master udah nolong kami dari penculikan itu dan udah mengajarkan banyak hal sama kami. Iya kan fik??” ujar Bayu.
Taufik mengangguk.
“…mungkin seminggu lagi kalian akan pulang ke keluarga kalian lagi” ujar master.
Bayu terkejut. Ia dan Taufik saling pandang.
“maksud master, kita semua akan pisah??” Tanya Taufik.
“bisa di bilang, begitu” jawab master.
Bayu sangat kaget. Ia sangat berat menerima kenyataan itu. Ia dan teman-temannya sangat berat untuk berpisah bersama master dan keluarga.
“saya senang punya anak-anak seperti kalian” ujar master sambil tersenyum.
Bayu terdiam. Lalu dengan cepat, Bayu pun memeluk master.
“master!! Master itu orang tua yang paling hebat yang Bayu kenal. Master udah nyelamatin Bayu. Master udah ngajarin banyak hal”
“kamu juga anak yang hebat, Bayu” master menghibur Bayu.
Taufik pun ikut memeluk master.
Setelah beberapa lama, mereka melepas pelukan.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.
TOK-TOK!!
“Master!! Nurina butuh pertolongan!!” teriak Gaby.
“Nurina??” Bayu dan Taufik saling pandang.
“ayo cepat!! Kita harus kesana!!” ajak master.
Bayu dan Taufik mengangguk.
***

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...