,
Sabtu,11Desember
0

The Killer Child part 29

Maudy berjalan menuju ke dapur. Dan dari tangga, terlihat Nurina melintas.
Maudy terkejut. Ia pun menyapa Nurina.
“Ina!!” panggil Maudy.
Nurina menoleh.
Maudy terkejut. Wajah Nurina terlihat sangat pucat.
“kamu gak apa-apa??” Tanya Maudy.
“gak mod. Aku gak apa-apa” jawab Nurina.
Rambut Nurina basah karena hujan. Dan air hujan yang menempel di rambut Nurina terbawa hingga ke dalam. Membasahi anak tangga.
Nurina hendak melangkah.
Namun, kakinya menginjak lantai yang basah. Sehingga, ia terpeleset.
“Aaaaaaaaaa!!!”
GUBRAKKK!!!
Tubuh Nurina berguling-guling di anak tangga.
“Inaa!!!!!!!!!!” Maudy melotot. Ia terkejut.
***
Jam di dinding kamar Indo menunjukan waktu kini hampir tengah malam.
Namun justru kamar itu sepi. Para penghuninya tidak berada di sana.
Gaby mondar-mandir di samping tempat tidur. Sementara Nurina yang masih lemah berbaring di tempat tidur.
Sebenarnya tadi wajah Nurina berlumuran darah. Namun Tiara dan Maudy telah mencuci dan membersihkannya.
Dokter sedang memeriksa keadaan Nurina. Hujan lebat disana dan juga tempat yang jauh, membuat perjalanan dokter ke rumah ini menjadi sangat lama.
Nurina terbaring di tempat tidur. Wajahnya pucat. Kulit jidatnya sobek. Badannya lemah. Dan sudah bisa di pastikan bahwa hatinya sedang galau. Gaby bisa mengerti apa yang Nurina rasakan sekarang.
“gimana keadaannya dok??” Indo menjadi orang pertama yang bertanya.
“dia tidak terlalu parah. Saya sudah mengobati luka di wajahnya dan saya sudah memberikan obat penurun panas” jawab dokter.
“terima kasih dok” ujar Indo, tulus.
Dokter mengangguk.
“saya permisi” pamit dokter.
“biar saya antar dok” ujar Adit.
Dokter pun pergi.
Indo menarik nafas. Wajahnya sudah memperlihatkan kesedihannya.
“Nurina, kamu kenapa sih??”
***
Gaby terduduk di samping Nurina. Ia mengusap-usap tubuh Nurina.
Gaby mengerti apa yang Nurina rasakan. Sulit memang, menerima kenyataan bahwa gadis yang baru berusia 14 tahun seperti Nurina harus menderita penyakit separah Leukimia. Jangankan anak-anak, orang tua sekalipun terkadang sulit menerima kenyataan itu.
Gaby menitikkan air mata.
“Ina… kamu harus kuat ya!! Kamu kan udah nolong aku waktu aku diculik.. dan aku sangat mau menolong kamu untuk sembuh” bisik Gaby.
Namun Nurina terdiam. Masih belum sadarkan diri.
Indo menghampiri mereka.
“gimana gab?? Udah sadar??” Tanya Indo.
Gaby menggeleng.
“besok pagi, kalo dia udah sadar, kita harus ngasih dia obat” ujar Bayu.
Indo mengangguk paham.
“mending sekarang kita keluar dulu. Biarin Nurina istirahat” usul Vicka.
“Vicka bener. Nurina harus istirahat” Gaby menimpali.
Yang lain pun setuju. Mereka semua pun keluar meninggalkan Nurina sendirian.
***
Indo dan yang lainnya duduk di ruang tengah. Master pun ada disana.
“Gab, bilang sama aku. Sebenernya Nurina sakit apa??” Indo bertanya pada Gaby. Nada suaranya sangat menekan Gaby.
“Nurina, baik-baik aja do. Kayak yang dia bilang kemarin”
“jangan bohong, gab”
Gaby terdiam.
“katakan yang jujur, atau kamu akan menyesal” ujar Indo. Kata-katanya sedikit mengancam.
“Nurina…”
“ya, lanjut”
“Sakit…”
“ya??”
“Nurina…”
“ya, cepet”
“sakit..”
2 jam kemudian…
“Cepet gab. Durasi nih!!” Indo mulai kesal.
“Nurina kena Leukimia, do” akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Gaby.
“Apa??!! Kamu serius?!” Indo tak percaya.
“Leukimia itu kurang darah ya??” Tanya Taufik.
“itu anemia, om” jawab Maudy.
“emang beda??”
“ya beda lah”
“maaf”
“udah deh, mending kamu gak usah ngomong” perintah Tiara.
Taufik pun terdiam.
“kenapa kamu gak bilang sama aku, gab??!!” Indo emosinya meninggi.
“maaf do. Ini kemauan Nurina” Gaby menunduk.
“aku belum bilang suatu hal sama Nurina, gab”
Gaby terkejut.
“apa do??” Tanya Gaby.
“aku, cinta sama Nurina” ujar Indo.
Gaby terkejut. Yang lain pun terkejut.
“do, kamu harus tembak Nurina sebelum Leukimianya semakin parah” ujar Bayu.
“lah, kalo di tembak kan malah mati” ceplos Taufik.
“udah Taufik… gak usah ngomong!!” omel Maudy.
Vicka terdiam.
Taufik masih terkejut.
Adit (always) ngupil.
“Kamu harus lakukan itu, do” Gaby pun mulai berkata.
Indo terdiam.
“..kamu itu penyemangat buat Nurina” Gaby melanjutkan kata-katanya.
Indo pun mengangguk mantap.
Semangat pun kembali datang.
***
Langit gelap mulai berubah menjadi cerah.
Udara pagi masuk melalui sela-sela ventilasi.
Seorang yang masih lemah terbaring di tempat tidur. Dia bukan seorang Putri tidur yang menunggu pangeran impiannya datang menciumnya. Dia sedang melawan penyakit parah yang menggerogoti tubuhnya.
Perlahan, matanya terbuka.
Matanya menangkap sinar yang masuk menembus jendela. Nurina melihat sinar mentari yang menyinari kamarnya.
“dimana aku??” Tanya Nurina.
“kamu semalam pingsan, na” terdengar suara yang menjawab pertanyaannya.
Nurina mengenali siapa yang bicara padanya itu.
“Indo??”
Indo tersenyum.
“aku bikin repot semuanya ya??” Nurina Nampak sedih.
“sst.. kamu jangan ngomong kayak gitu, na”
Nurina terdiam..
“aku mau ngomong suatu hal sama kamu” ujar Indo.
“apa do??” Tanya Nurina.
Indo mengambil sesuatu di belakangnya.
Indo pun menyerahkannya.
“Ini buat kamu!!”
Nurina bengong.
“racun tikus? Buat apa do??” Nurina bingung.
“eh, maaf. Salah ambil”
Indo mengembalikan barang itu dan kembali mengambil sesuatu.
“Ini!!” kali ini Indo memperhatikan barang apa yang ia ambil.
Itu adalah setangkai bunga mawar putih.
“Kenapa kamu ngasih ini, do??” Tanya Nurina.
“karena aku…”
Nurina semakin penasaran.
“aku cinta sama kamu”
Nurina terkejut. Bunga yang ia pegang pun jatuh ke lantai.
“kamu bilang apa do??” Nurina tak percaya.
“aku bilang, aku cinta sama kamu, dan aku mau kamu jadi pacar aku” kini Indo menambah beberapa kata.
“cantik-cantik budeg” bisik taufik. Untung Nurina tak mendengarnya.
“huss.. Nurina gak budeg, fik” omel Bayu.
“terus??”
“ah, orang kayak lo sih gak akan ngerti” gumam Tiara.
Taufik pun terdiam.
Kembali ke Indo…
“Kamu mau kan jadi pacar aku??” pinta Indo.
Nurina terdiam.
“aku gak bisa, do” jawab Nurina dengan wajah penuh kesedihan.
“kenapa??” Indo kecewa.
“aku…”
“kamu sakit Leukimia maksudnya? Aku gak peduli na!! mau kamu sakit Leukimia, anemia, kimia, hipotermia atau apa pun. Semua manusia, termasuk aku, pasti cepat atau lambat akan mati juga, na. dan aku suka sama kamu karena kamu itu perempuan yang cantik dan baik. Aku suka itu”
Nurina terdiam mendengar kata-kata Indo.
“jadi, kamu mau kan jadi pacar aku??” Tanya Indo lagi.
Nurina mengangguk.
“aku mau, do” jawabnya sambil tersenyum.
Indo pun tersenyum. Ia menatap Nurina.
“yeee!!!!” teman-teman yang lain pun bersorak.
Pagi ini menjadi pagi yang bahagia. Terutama bagi Indo dan Nurina.
Pagi yang cerah.
Tanggal 15 maret.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...