,
0

The Killer Child part 28


Maudy adalah yang pertama selesai mandi diantara anak perempuan yang lainnya.
Maudy sedang mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk.
“hmm.. kayaknya muka aku kurang cerah deh” gumam Maudy.
Maudy berpikir.
“apa Nurina punya ya??” pikirnya.
Maudy pun teringat pada Nurina.
“Nurina gimana ya keadaannya???”
***
Nurina dan Gaby berjalan lesu di luar rumah sakit. Nurina masih sedih menerima kenyataan yang terjadi.
“Ya Allah.. apa hamba memang sudah tidak pantas untuk hidup??” gumam Nurina. Gaby mendengarnya.
“huss… na, kamu gak boleh gitu. Aku yakin kamu pasti sembuh, na!!” Gaby menyemangati.
“hei, gimana hasil lab kamu, na??” Tanya seseorang tiba-tiba.
Nurina dan Gaby menoleh.
“Indo?? Kamu ngapain disini???” Tanya Nurina.
“kamu ngikutin kita ya??” Gaby curiga.
“ya. Aku ngikutin kalian. Gimana hasilnya??” Tanya Indo.
“Nurina…” Gaby mulai berucap.
“kenapa gab??” Tanya Indo.
“Nurina sakit..”
“aku Cuma sakit karena kecapekan aja. Gak apa-apa kok” Nurina memotong ucapan Gaby. Gaby Nampak bingung. Nurina mengedipkan mata sebagai kode bagi Gaby.
“benar gab??” Tanya Indo pada Gaby.
“be.. benar do” jawab Gaby, berbohong.
“ya udah deh. Kita bisa pulang dengan tenang” wajah Indo terlihat ceria.
“kita emang akan pulang do… tapi aku pulang lebih dulu di banding kalian” gumam Nurina pelan.
***
“Vick, punya pemerah pipi gak??” Tanya Maudy.
“gak punya mod. Gue gak suka pemerah pipi” jawab Vicka.
“ya udah deh. Makasih ya”
“eh, tau gak kapan Nurina pulang??” Vicka balik bertanya.
“gak tau. Bentar lagi kali” jawab Maudy.
Vicka mengangguk.
Tiba-tiba pintu terkuak.
Vicka dan Maudy menoleh.
“Nurina?? Gaby?? Kalian udah pulang??” Tanya Maudy memastikan.
“gimana hasilnya??” Tanya Vicka.
Nurina terdiam. Wajahnya menjadi murung.
“kenapa na??” Tanya Maudy, khawatir.
“Nurina sakit…” Gaby mulai menjawab.
“ya??”
“Nurina sakit Leukimia” Gaby mengulang jawabannya dengan lebih lancar.
“Astagfirullah” Vicka terkejut.
Maudy menutup mulutnya karena terlalu kaget.
“Umurnya tinggal dua minggu lagi kalo gak ada pendonor sumsum tulang belakang yang pas” Gaby kembali berkata.
“Sabar ya na. aku yakin akan ada pendonor buat kamu” Vicka menyemangati.
Maudy memeluk Nurina.
***

Indo tersenyum senang sambil berjalan menuju balkon. Ia sangat gembira mendengar bahwa Nurina tak menderita penyakit yang parah.
Udara petang ini sangat dingin. Namun untungnya mantel yang di kenakan Indo cukup mampu untuk menahannya. Mantel jingga itu memang tidak terlalu bagus. Tapi cukup membuat Indo tidak menggigil.
Indo akhirnya sampai di balkon. Namun ia melihat seseorang sedang berdiri disana. Menatap ke kebun yang hijau. Indo pun menghampirinya.
“Nurina??” Indo memastikan.
Nurina menoleh.
“Indo?? Kamu ngapain kamu disini??”
“harusnya aku dulu yang nanya ke kamu. Kamu ngapain kamu disini??”
“Aku… ya, aku lagi nikmatin hujan yang Allah turunin buat kita semua”
“aku makin kagum sama kamu, na. ternyata kamu itu gadis yang religius juga ya!!” puji Indo.
“ah, nggak do. Biasa aja. Emang sewajarnya kan??”
“ya sih. Kamu bener” jawab Indo.
“sekarang kamu jawab pertanyaan aku. Ngapain kamu disini??” Tanya Nurina.
“aku.. lagi senang aja” jawab Indo.
“kenapa??” Tanya Nurina lagi.
“karena seseorang yang sangat deket sama aku gak sakit parah. Dia sekarang aja udah sembuh” jawab Indo sambil tersenyum.
Nurina terdiam. Ia tahu bahwa apa yang Indo maksud adalah dirinya. Dan Indo sebenarnya tidak tahu. Bahwa dirinya sedang menderita penyakit Leukimia yang menggerogoti tubuhnya.
Indo menatap Nurina.
“hei, kamu kenapa??” Tanya Indo. Indo melihat Nurina meneteskan air mata.
“ah, nggak do. Aku Cuma kangen sama keluarga aku aja” jawab Nurina sambil menyeka air matanya.
“jangan gitu dong, na. kamu kan udah janji gak akan nangis lagi” wajah Indo terlihat sedih.
“do, maafin aku ya..” pinta Nurina.
Indo terdiam. Namun Indo melepas mantelnya.
Perlahan, Indo memakaikan mantel itu di tubuh Nurina.
“do??”
“udah. Jangan sampai kamu kedinginan” jawab Indo sambil berjalan meninggalkan balkon itu.
Indo pun akhirnya sudah jauh dari balkon itu.
Nurina terdiam. Ia pun akhirnya terduduk lemas di lantai.
“Indo… maafin aku..” Nurina menangis pilu.
Ia terdiam.
Tangisan Nurina tak terdengar. Mengalir bersama hujan yang turun deras.
***
Hari sudah semakin gelap. Anak-anak perempuan sudah tertidur dengan pulas. Namun tidak dengan Maudy.
Maudy tidak bisa tidur sedari tadi. Selain hujan  dan petir yang menggelegar, rasa lapar pun membuat Maudy sulit memejamkan matanya.
“di dapur ada makanan apa ya??” Tanya Maudy dalam hatinya.
Maudy pun segera bergegas ke dapur untuk menuntaskan rasa lapar dan juga penasarannya.
***
Indo memasuki ruang musik. Dia mencari sesuatu disana. Dan Indo pun menemukannya.
Itu adalah gitar. Alat musik yang Indo kuasai. Dengan lihai, Indo memainkan gitarnya. Jari-jarinya memetik gitar.
Suara gitar mengalun. Membaur dengan suara gemericik hujan di luar sana.
Wajah Indo memang terlihat tenang. Namun ia memikirkan Nurina.
“Nurina, kamu beneran gak sakit kan??” gumam Indo.
Namun hanya semilir angin yang menjawabnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...