,
0

The Killer Child part 27

Indo, Nurina, Bayu, Gaby, Taufik, Tiara, Maudy, Vicka, dan Adit dan juga master duduk di ruang tengah.
“saya sudah menduga. Kalian pasti bisa mengalahkan mereka” ujar master.
“murid siapa dulu dong, master gitu loh. Ya kan teman-teman??” Vicka mulai berkicau.
“betuuul” jawab yang lainnya bersamaan.
“haha. Kalian bisa saja” master tertawa.
Gaby teringat.
“eh na, bukannya hari ini hasil lab kamu di ambil ya?” Tanya Gaby.
“oh iya!! Kamu bener gab!!” Nurina menepuk jidat. Ia teringat.
“kita ambil sekarang aja, na” ajak Gaby.
“oke deh” jawab Nurina.
“pergilah.. saya doakan semoga hasil lab Nurina tidak mengecewakan” ujar master.
“makasih master” ujar Nurina. Nurina tersenyum.
“ya, cepatlah. Semakin cepat semakin baik” jawab master.
Nurina mengangguk mantap. Ia dan Gaby pun segera berlari.
***
Vicka, Maudy, dan Tiara membuka pintu kamar dengan begitu semangat.
“ahh… capek banget gue” gumam Vicka.
“bener vick. Tiduran yuk!!” ajak Maudy.
Vicka mengangguk.
Mereka bertiga pun segera berbaring.
“eitt… kalo habis bepergian, mandi dulu dong!!” tiba-tiba terdengar suara yang berbicara.
Vicka, Tiara dan Maudy menoleh. Mereka melihat seseorang yang berdiri di depan pintu.
“Kak Cindy!!??” ujar Tiara, Maudy, dan Vicka serempak.
“mandi dulu dong. Kalian kan habis melawan The Killer Child. Badan kalian harus bersih” perintah Cindy.
Mereka bertiga pun akhirnya mengalah.

***
Adit, Bayu, dan Taufik pun melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan anak-anak perempuan.
“aduuuhh… markas mereka kotor banget sih” keluh Taufik.
“bener fik. Jijik banget” sahut Bayu.
Adit berpikir. Sepertinya ada yang kurang.
“Indo mana??” Tanya Adit.
“Indo… katanya sih tadi mau ikut Nurina n Gaby” jawab Bayu.
“kok aku gak tau sih” Tanya Adit lagi.
“siapa suruh gak nanya??”
Adit terdiam
***
Nurina dan Gaby sudah sampai di rumah sakit. Kini mereka masuk kembali ke ruangan spesialis penyakit parah. Dan mereka bertemu seorang dokter yang cantik.
“lho?? Kok bukan dokter Susanto sih yang meriksa??” Nurina terkejut. Begitu pun dengan Gaby.
“kenalkan. Nama saya Almira Dewi. Maaf, apa adik ini bernama Nurina??” Tanya dokter Almira.
“benar dok. Sebenarnya ada apa??” Tanya Nurina penasaran.
“sebenarnya Susanto itu pasien dokter spesialis jiwa yang terobsesi menjadi seorang dokter. Ketika itu, dia lepas dan malah menggantikan posisi saya ketika saya pergi”
“jadi?? Hasil lab nya gimana dok??” Tanya Gaby.
“oh. Untuk itu, Adik tidak perlu khawatir. Suster yang memeriksa Nurina itu adalah Suster sungguhan yang sudah professional. Dan… ini hasil lab nya” ujar Dokter Almira sambil menyerahkan selembaran dalam amplop.
“bagaimana hasilnya dok??” Tanya Nurina.
Mendadak dokter Almira terdiam. Wajahnya berubah menjadi lesu.
“kenapa dok?? Hasilnya apa??” Gaby mengulang pertanyaan Nurina.
Dokter Almira masih terdiam.
Nurina yang sudah sangat penasaran pun membuka selembaran itu. Dan ia pun melihat hasilnya dengan mata kepalanya sendiri.
“Leukimia??” mendadak Nurina lemas melihat hasilnya. Lemas sekali. Melebihi lemasnya orang yang berpuasa. Lembaran itu pun jatuh.
“na?? kenapa??” Gaby bingung.
“dok, berapa waktu lagi sisa umur saya??” Tanya Nurina.
“jika tidak ada yang mendonorkan sumsum tulang belakang…”
“lanjutkan dok!!” pinta Nurina.
“umur adik tinggal dua minggu lagi”
“astagfirullah” Nurina terkejut. Air matanya meleleh.
Gaby pun memeluk Nurina.
“dok, dokter pasti salah kan?? Rumah sakit ini salah kan??!!!” Gaby masih berharap.
“maaf dik. Ini sudah menjadi kenyataan”
“Gaby!!!” Nurina menangis dengan keras dalam pelukan Gaby.
“semoga adik segera mendapat donor sumsum yang tepat” ujar dokter.
“gab..” Nurina berucap di sela-sela tangisannya.
“iya na?? ada apa??” jawab Gaby.
“kita pulang sekarang” ajak Nurina.
Gaby pun mengangguk.
“terimakasih ya dok” Gaby mewakili Nurina.
“ya dik” jawab dokter Almira.
Mereka berdua pun meninggalkan rumah sakit itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...